Minggu, 21 November 2010

PERILAKU KELOMPOK DAN INDIVIDU


Oleh: Suryanto
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Apakah Kelompok itu?           
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama berdasarkan pada interes atau tujuan yang sama. 
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok  terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya.            
Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang oleh karena pada saat yang sama berada pada tempat dan berperilaku yang sama pula. 
Mengapa seseorang bergabung dalam kelompok?           
Ada dua alasan seseorang bergabung dalam kelompok. Pertama, untuk mencapai tujuan yang bila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. Kedua, dalam kelompok seseorang dapat tepuaskan kebutuhannya dan mendapatkan reward soaial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan, dsb.  Besarnya anggota kelompok akan mempengaruhi interaksi dan keputusan yang dibuatnya. Brainstorming dalam mengambil keputusan kelompok akan efektif bila anggota kelompoknya 5-10 orang.  Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok saling menyukai, memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok.  
Pengaruh Orang Lain pada  Performance (Perilaku Individu).
1.      Kehadiran orang lain bisa mempengaruhi usaha (effort) seseorang. Bentuk dari efek ini antara lain: persaingan (rivalry), fasilitasi sosial, dan social loafing. Rivalry merupakan peningkatan motivasi dan usaha seseorang pada suatu kompetisi.  Fasilitasi sosialmerupakan peningkatan usaha seseorang karena mengetahui orang lain yang juga melakukan hal yang sama. Sedangkan social loafing merupakan menurunnya kinerja seseorang dalam kelompok bila dibandingkan dengan  kerja individual.
2.      Kehadiran orang lain menyebabkan meningkatnya Arousal.Robert Zajonc menyatakan bahwa kehadiran orang lain dapat meningkatkan drive atau tingkat arousal. Performance akan meningkat bila bentuk perilakunya itu sederhana, dikuasai, dan responya sesuai dengan situasi yang berlangsung. Sebaliknya, performance akan menurun, bila  responnya kompleks, dan tidak dikuasai.
3.      Kehadiran orang lain dapat menyebabkan distraksi (konflik performance) dan  evaluasi.Bila seseorang itu sadar bahwa ia memiliki audiens, ia mungkin cenderung mengalami dua konflik yaitu: memperhatikan pada tugas (pool position) atau memperhatikan audiensnya. Konflik ini menyebabkan meningkatnya arousal dan pada akhirnya  dapat meningkatkan kecenderungan untuk memberikan respon  secara dominan. Bila audiens dirasakan mengevaluasi performance seseorang maka  performance seseorang akan terpengaruh kadang meningkat dan kadang menurun.  

Perilaku dalam Kelompok

Mana yang lebih baik, performance kelompok atau performance individu? Pertanyaan di atas seringkali muncul karena ada adagium yang berbunyi “dua kepala lebih baik daripada yang dikerjakan oleh seorang individu”. Adagium itu ada benarnya dalam beberapa kasus, karena kelompok memungkinkan orang saling tukar informasi dan pendapat. Interaksi dalam kelompok bisa menghasilkan ide dan solusi baru. Kelompok memiliki pengetahuan yang luas dan probabilitas yang lebih besar bahwa seseorang dalam kelompok akan memiliki pengetahuan khusus  yang relevan dengan persoalan kelompok.Namun demikian, kelompok juga tidak selalu menghasilkan keputusan yang lebih baik. Dalam kelompok tidak semua orang memberikan kontribusi secara bersamaan, melainkan individu harus menunggu giliran. Akibat giliran dalam mengungkapkan pendapat ini, di antara anggota kelompok seringkali mengalami production blocking, terganggu pikirannya, atau kehilangan motivasi untuk berpartisipasi (malas). Individu kadang tidak mau berbagi (sharing) dalam memberikan informasinya. Meskipun performance kelompok seringkali lebih baik daripada performance rata-rata individu, seringkali performance itu di bawah standart individu, terutama bila anggota kelompoknya umumnya relatif lemah kemampuannya. Di dalam kelompok juga bisa terjadi social impact (Latane & Nida, 1981), yaitu suatu penggolongan anggota dalam suatu kelompok. Bila kelompoknya mayoritas maka pengambilan keputusannya akan sangat efektif, sebaliknya bila kelompoknya minoritas, maka sering kali orang mengalami kekecewaan, karena merasa tidak diperhatikan. 

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan Kelompok

1.      Komposisi kelompokAda 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
  1. penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi
  2. pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi
  3. komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya tertinggi paling mendominasi dalam kelompok.
  4. ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
2.      Kesamaan anggota kelompokKeputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan yang lain.
3.      Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial.  Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut. 

GROUPTHINK

Merupakan proses ketika kelompok menghadapi keputusan yang penuh stres, mereka  menjadi lebih memperhatikan adanya kesepatan daripada mengevaluasi fakta-fakta yang muncul dalam situasi yang dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena kelompok melakukan  devensive avoidance, yaitu mencoba menghindari informasi yang mungkin menyebabkan kecemasan.
                Janis (1982) menulis bahwa group tkinking terjadi karena pembuat keputusan itu adalah kelompok yang kohesif, ada kesalahan struktural dalam organisasi (pimpinan yang dominan), adanya situasi yang provokatif. Gejala Groupthink dapat digambarkan dari 3 tipe: yaitu: over-estimasi terhadap kelompoknya, kedekatan berpikir, dan tekanan untuk menjadi sama (seragam).              
Kelompok dapat menghindari Groupthink dengan dua tahap: discouraging leader bias, danmenghindari isolasi kelompok. Kelompok jangan sampai dominan, dan memberikan kepada anggota untuk mengkritik. Untuk menghindari isolasi kelompok, rencana kebijakan kelompok dapat dibagi ke dalam sub grup dan dan sub grup ini bertemu untuk membahas tujuan kelompok secara terpisah, dengan pemimpin masing-masing sub group yang berbeda dengan pemimpin semula.  

KEPEMIMPINAN

Apakah kepemimpinan itu?

Presiden Herry Truman mendefinisikan kepemimpinan (leadership) sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang sebenarnya tidak ia inginkan.Brigham (1991) mendefinisikan bahwa  pemimpin (leader) adalah seseorang yang: (1). dapat mempengaruhi arah kelompok dengan mempengaruhi sikap-sikapnya dan perilakunya, dan (2) memelihara image kelompok sehingga menjadi perhatian yang tertanam bagi para anggotanya.Menjadi pemimpin berarti melibatkan adanya transaksi antara pemimpin dengan pengikutnya. Hollander (1986) menyatakan bahwa  pemimpin itu berperan mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi, sedangkan pengikutnya memberikan status, harga diri, dan kesediannya untuk merespon pengaruh pimpinan. Dengan pengertian itu, pemimpin merupakan peran sosial yang mencerminkan pengaruh yang terlegitimasi. Kita dapat menganalisis perilaku kepemimpinan secara lebih dekat dengan memperhatikan pada pemimpin di dalam kelompok (Forsyth, 1990; Lord, 1977). 
Perilaku tersebut antara lain:
1.      Menolong menetapkan dan mencapai tujuan kelompok. Posisi ini menjadikannya sebagai polecy-maker dan pembuat rencana.
2.      Membina kelompok. Pemimpin harus bisa meredam ketegangan, menjadi pengadil bila ada perbedaan, dan menjadi kebersamaan.
3.      Menjadi simbol identifikasi. Dengan beridentifikasi pada pemimpinnya, anggota akan selalu menjaga kesatuannya. Pemimpin pemerintahan dan pemimpin suatu serikat / organisasi sering berperan seperti ini.
4.      Mewakili kelompok kepada dunia luar. Pemimpin merupakan wakil kelompok untuk melakukan hubungan dan negosiasi dengan kelompok lain.
5.      Melakukan transformasi kelompok. Pemimpin dapat dibantu untuk menjalankan perannya sebagai pemimpin, sedangkan pengikutnya menjadi agent moral pemimpinnya

sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar