Minggu, 31 Oktober 2010

Storming dalam kelompok

Dari uraian dinamika dan kelompok itu dapatlah diambil kesimpulan, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Drs. Soelaiman Joesoyf menyebutkan : “bahwa Dinamika Kelompok
berarti suatu kumpulan dari dua atau lebih individu di mana perubahan individu satu dapat
mempengaruhi individu lain.Keadaan inI bisa terjadi, karena masing-masing individu
mempunyai hubungan psikis secara jelas, yang berlangsung dalam situasi yang dialami
secara bersama-sama dalam kelompok di mana mereka menjadi anggotanya.
Sebagai suatu gambaran, setiap anggota kelompok belajar saling berusahan sekeraskerasnya
dalam menenmpuh tentamen, sehingga ia dapat lulus seperti teman-temannya yang
lain. Dalam keadaan ini masing-masing anggota kelompok selalu memperhatikan kegiatan
anggota kelompok yang lain, seperti apabila seseorang anggota kelompok mempelajari dua
buku literatur yang ditentukan, maka yang lain berusaha mempelajari buku-buku tersebut
ditambah buku-buku literatur lain sebagai penunjang. Di sini tampak setiap anggota
kelompok meningkatkan kegiatan belajar bagi dirinya sendiri dan inilah proses dinamika
yang dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok.
Secara keseluruhan, proses dinamika dalam kelompok-kelompok dapat diterangkan,
karena selama setiap anggota kelompok berada dalam kelompok, mereka dihinggapi oleh
group spirit (semangat kelompok) yang terus-menerus dan makin lama makin mendalam.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam
kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang
ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan
berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai
mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah
berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut
”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada
proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main
yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota
kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok
melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”. Secara singkat proses
dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.2 Proses dinamika kelompok
Alasan pentingnya dinamika kelompok:
1. Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat.
2. Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
3. Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat
terlaksana dengan baik.
4. Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja
dengan efektif
Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan persaingan
dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap
dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap
pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.

sumber :
http://file.upi.edu/Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20SEKOLAH/194505031971091%20-%20MUHAMMAD%20KOSIM%20SIRODJUDIN/sejarah%20%26%20definisi%20dinkelx.pdf

Forming: Becoming a Group

A. The Psychodynamic Perspective
Perspektif psikodinamik menjadi pangkal dari tingkah laku sosial yang dinamis
dan saling mempengaruhi antara kebutuhan dasar psikologis dan keinginan. Pendekatan
ini pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud (1922), teori psikodinamik Freud
mengemukakan bahwa individu berkelompok untuk pemuasan dasar biologis dan
kebutuhan psikologis yang akan menimbulkan ketidakbahagiaan apabila tidak dipenuhi.
Freud Replacement Theory
Dalam buku Group Psychology and the Analysis of the Ego, Freud (1922),
menjelaskan formasi kelompok dalam lingkup dua proses yang saling berkaitan:
identifikasi dan transferensi. Fokus pertama pada identifikasi, Freud mengemukakan
bahwa bahwa energi emosional individual (libido) dapat diarahkan pada dirinya sendiri
atau orang lain. Konsep lainnya adalah transferensi, Freud menjelaskan bagaimana
formasi kelompok pertama anak mempengeruhi perilaku kelompoknya dikemudian hari.
Transferensi ini dapat membawa pada identifikasi terhadap kelompok yang menjadi ego
ideal bagi seluruh anggota kelompok.
B. FIRO
FIRO (Fundamental Interpersonal Relation Orientation) dikemukakan oleh
William Schutz, tingkah laku orang dewasa kembali pada pengalaman pertama saat
kanak-kanak dalam keluarga. Hipotesis Schutz bahwa tingkah laku orang dewasa sering
1) Paralel, atau sejajar dengan tingkah laku masa kecil dalam keluarga, dan 2) imitasi,
atau sejajar dengan tingkah laku orang tua dalam keluarga.
Tiga dimensi kebutuhan interpersonal
1. Need for inclusion, merupakan keinginan untuk menemukan rasa memiliki dan
kebersamaan melalui interaksi.
2. Need for Control, merujuk pada rasa kepemimpinan dalam kelompok, individu yang
tinggi dalam need for control berharap untuk menguasai orang lain, namun orang lain
yang ingin dikuasai atau dikendalikan sangat senang untuk mematuhi perintah orang
lain.
3. Need for Affection, keinginan untuk membangun dan memelihara hubungan
emosional dengan orang lain.
Tipe kompatibilitas
1. Originator Compatibility. Orang dalam sebuah kelompok yang ingin memulai inklusi,
kontrol, dan afeksi diimbangi oleh orang lain yang ingin menerima inklusi, kontrol
dan afeksi dari orang lain.
2. Interchange Compatibility yang mana individu dalam sebuah kelompok setuju
mengenai berapa banyak inklusi, kontrol, dan afeksi harus ada dalam kelompok.
Pengukuran FIRO
Schutz mengembangkan sekala pengukuran tiga kebutuhan interpersonal dan
disebut personality index the FIRO-B Dengan menggunakan FIRO-B ini Schutz mampu
mempelajari prediksinya mengenai hubungan antara kompatibilitas dan formasi
kelompok. Kesimpulannya, teori FIRO merupakan pendekatan psikodinamik,
menjelaskan kebutuhan kelompok berdasarkan kebutuhan psikologis. FIRO secara jelas
menetapkan dimana individu harus menyesuaikan dengan orang lain, berdasarkan tiga
dimensi dasar yang ditetapkan Schutz dan juga level dari kebutuhan originator
compatibility.
C. The Sociobiological Perspective
Surviving in group
Sosiobiologi didasarkan atas teori evolusi Charles Darwin. Meski Darwin banyak
membahas mengenai biologikal dan anatomical fitness, Sosiobiologi menggunakan
konsep yang menjelaskan tingkah laku binatang dalam situasi sosial. Sosiobiologi
berpendapat bahwa bergabung dengan anggota lain dalam satu spesies merupakan
“expression of the evolutionarily or curtrally stabilized strategies of individual animal
that on averege enhance their reproductive success” (Crook, 1981, p. 88).
The “Herd” Instinct
Kebutuhan untuk afiliasi bukan dipelajari melalui pengalaman, namun merupakan
manifestasi dari instinctive yang terdapat pada kebanyakan spesies. Formasi kelompok
memberikan perlindungan dari pemburuan, dan kelompok pemburu hanya pembawa
mangsa.
Schachter (1959) berpendapat bahwa kebutuhan untuk meraih kejelasan kognitif yang
telah Festinger Kemukakan adalah akibat langsung dari informasi kelompok. Schachter
memperkirakan:
(1) Seseorang akan menggabungkan diri ketika opini, sikap, kepercayaan mereka
diserang.
(2) Kegiatan-kegiatan yang tidak direncanakan akan menuju sebuah “pencarian
untuk infomasi kenyataan sosial”, dan bahwa
(3) Keanggotaan kelompok akan memuaskan kebutuhan akan informas.
D. Perubahan Jati diri
Keseluruhan, individu lebih suka untuk berinteraksi yang akan menyesuaikan diri
untuk sebuah prinsip yang minimax: orang akan bergabung dalam kelompok yang
melengkapi mereka dengan nilai penghargaan yang tinggi sampai nilai dari kerugian
menurun.
Karena kritikan sangat penting dalam penghargaan untuk mnyeimbangkan
kerugian, Kelley dan Thibaut memperkenalkan dua konsep: perbandingan tingkat dan
alternatif perbandingan tingkat. Untuk menggambarkan bagaimana menyeimbangkan
formasi kelompok.
E. Penghargaan dari Kelompok
Gewirtz menyatakan bahwa manusia memerlukan kebutuhan untuk berkelompok
dengan yang lain adalah memihak dengan hubungan yang memuaskan. Seperti halnya
dasar dari bilogis, seperti dahaga dan rasa lapar, menjadi kuat mereka merasa tidak puas,
kebutuhan untuk berkelompok dengan orang lain menjadi kuat dan panjang seseorang
telah dirampas dari kontak sosial.
F. Karakteristik Anggota Kelompok
studi kasus tetang dinamika kelompok mengindikasikan dari hasil laporan, bahwa
individu lebih menyukai berinteraksi engan individu yang lain, yang memiliki fisik yang
sehat, rajin, dan sebagai sumber pengalaman baru (Bonny, 1947); dermawan, antusias,
dapat bersosialisasi, tepat waktu, adil dan dapat diandalkann(Thibaut & Kelle, 1959);
autentik, mudah menerima, penolong dan memiliki kekuatan karakter (La Gaipa, 1977);
baik budi, periang, dapat dipercaya, dan pandai (Lott, Reed & Crow, 1970).
Setiap individu tetap eksis dalam kelompoknya jika dalam kelompok tesebut terdapat
suatu aktivitas yang disenangi anggotanya. Kelompok-kelompok tersebut menarik
dimata anggotanya karena ada penghargaan yang alami pada aktivitaskelompok tersebut.
G. Tujuan
Penghargaan akhir yang utama adalah menjadikan sesuatu melalui keberadaan
dinamika kelompok untuk memudahkan pencapaian tujuan. Pengalaman sehari-hari
diyakini, bahwa seseorang tidak dapat meraih tujuannya sendiri, melainan pencapaian
dapat dilakukan dengan berkelompok.
H. Harga Interaksi Kelompok
Mengacu pada teori perubahan sosial, keadaan ambivalens meliputi kata awal
dinamika sebuah kelompok. Harga tersebut dapat 5 berbentuk dasar ketegangan, investasi
diri, penolakan sosial, pengaruh dan reaksi.
I. Dasar Ketegangan
Ketika kelompok berbentuk untuk pertamakalinya, unsur ketegangan muncul dalam
berbagai interaksi kelompok (Bormann, 1975: Thibaut & Kelley, 1959). Anggota
kelompokharus bernegoisasi dengan anggota lain yang sulit mereka terkenal, dan hal ini
menyebabkan perasaan tidak nyaman da keterpaksaan.
J. Penolakan Sosial
Penerimaan satu sama lain ditemukan sebagai hal yang sangat penting dalam
menguatkan kelompok, penolakan satu sama lain terlihat sebagai potensi punishment.
K. Pengaruh
Thibaut & Kelley meyakini adanya konflik antara pengaruh anggota, seringkali
pengalaman dianggap sebagai harga dalam kelompok kehidupan karena terdapat banyak
sekali kejadian dimana kita mengurangi atau menaikkan harga dan penghargaan kita
kepada kawan satu kelompok.
L. Reaksi
Thibaut dan Kelley mencatat, untuk mengetasi masalah pengaruh, individu dalam
kelompok harus mempengaruhi tingkah laku mereka yang sekiranya menyebabkan
timbulnya konflik dan menampilkan hanya tingkah laku yang sekiranya cocok dengan
individu lain
Seseorang harus membetasi tingkahlakunya tidak hanya untuk menhghindari
pengaruhnya pada anggota lain dan memelihara kecocokan dengan aturan, tapi juga
disebsbkan mereka harus mengetahui perintah orang yang lebih tinggi statusnya.


sumber :
Forsyth, R. Donelson. (1983). An Introduction to Group Dynamics. Brooks/Cole
Publishing Company : Monterey, California.

Dasar Kelompok, Forming & Storming

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK
I. TAHAP FORMING
A. Pandangan Psikoanalisis
Freud : orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat
memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu
Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu:
1. Identifikasi
􀀩 energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain.
Individu menjadikan orang lain (orang tua) sebagai model egonya → EGO
IDEAL. Penerimaan orang tua sebagai objek kasih sayang anak akan
membentuk ikatan yang kuat → kepuasan melalui sense of belonging,
kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan
meningkatkan self development.
2. Transferen
􀀩 bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan
individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat
pemimpin kelompok sebagai figur otoritas sebagaimana individu
menganggap orang tuanya.
B. Pandangan Sosiobiologi
􀀩 Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk
memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis.
􀀩 Didasarkan teori evolusi dari Charles Darwin : bergabung dengan anggota
lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner
dan kultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan
reproduksi.
C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
􀀩 Leon Festinger (1950, 1954) : orang membutuhkan orang lain karena mereka
membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan
kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain. Individu
membandingkan diri mereka dengan orang lain tentang keyakinan, opini dan
s ikap mereka → apakah benar, valid, sesuai.
D. Pandangan Pertukaran Sosial
􀀩 Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. reward
2. cost
→ minimax principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesar besarnya
dan mengurangi cost yang sekecil-kecilnya).
II. TAHAP STORMING : KONFLIK DALAM KELOMPOK
􀀩 Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok
yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.
13
Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement
􀀩 perlu segera diindentifikasi disagreementnya:
• apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
• jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional
minor
2. Confrontation
􀀩 dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.
􀀩 diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok)
dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).
3. Escalation
􀀩 pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka
memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak
percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.
4. Deescalation
􀀩 berkurang atau menurunnya konflik
􀀩 anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan
berdebat
Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan
mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi
- distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain
mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power
- integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win
win solution)
b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan
individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan
dengan perilaku aktualnya
5. Conflict Resolution
􀀩 tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas
akan hasilnya
Penyebab konflik :
1. Interdepence
􀀩 tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:
a. ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓
b. ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑
Deutch (1949):
􀂄 pure cooperation → promotive interdependence : dengan menolong
􀂄 pure competition → contrient interdependence : anggota bisa meraih
tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya
14
2. Influence stategies
􀀩 strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman
dan negatif reinforcement → meningkatkan konflik
3. Misunderstanding dan misperception
III. TAHAP NORMING : PEMBENTUKAN STRUKTUR KELOMPOK
1. Peran (role)
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai
anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku
orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
Perbedaan peran :
􀂃 Task roles → tugas
􀂃 Socioemotional roles → sosioemosi
Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive
Konflik peran :
􀂾 interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
􀂾 intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
2. Norma (norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan tindakan
yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
3. Hubungan antar anggota
→ otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi
IV. TAHAP PERFORMING : BEKERJA BERSAMA DALAM KELOMPOK
Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana
kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.
A. Coaction Paradigm
→ beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi, misalnya: ujian dikelas
B. Audience Paradigm (passive spectators)
→ kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal
pelajaran ditengah orang banyak
Penelitian Robert Zajonc:
􀂾 Respon dominan
→ fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon
dominan itu sesuai
􀂾 Respon nondominan
→ fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon
dominan itu tidak sesuai
15
Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)
Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan
Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
􀀹 tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
􀀹 jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan
sukses
Tipologi tugas menurut Steiner
1. Divisible : subtugas dapat dibagi-bagi kepada beberapa anggota
2. Unitary >< divisible : satu tugas hanya dikerjakan satu orang saja
3. Maximazing : yang diutamakan adalah produk atau kuantitas maksimal
4. Optimazing : yang terutama adalah kinerja atau kualitas optimum
5. Additive : adanya penambahan input individual untuk menghasilkan produk
kelompok
6.Compensatory : rata-rata penilaian individu untuk menghasilkan produk
kelompok
7. Disjunctive : kelompok harus mempunyai satu jawaban spesifik terhadap tipe
masalah ya atau tidak
8. Conjuctive : semua anggota harus melakukan tindakan yang spesifik sebelum
tugas selesai dengan sempurna
9. Discretionary : jika anggota bebas memilih, metode mana yang disukainya
dengan mengkombinasikan input individualnya
Meningkatkan performance kelompok:
1. Proses komunikasi
2. Proses perencanaan → strategi-strategi kinerja
3. Prosedur-prosedur khusus:
a. Brainstorming, terdapat 4 syarat utama:
􀂃 expressiveness : bebas mengekspresikan apa saja yang
ada dalam benak kita
􀂃 nonevaluative : tidak ada pendapat yang baik atau buruk,
semua pendapat berharga
􀂃 quantity : semakin banyak ide, semakin kreatif
􀂃 building : ide-ide yang disampaikan seperti puzzle (ide-ide
tersebut masih kasar, harus disusun dulu)
16
b. Nominal Group Technique (NGT)
→ pemimpin memberikan permasalahan ke forum lalu ditulis di
whiteboard. Setiap orang disuruh maju ke whiteboard untuk
menuliskan gagasan lalu dipilih mana yang paling baik
c. Delphi Technique
→ pemimpin membuat kuesioner, anggota disuruh mengisi
kuesioner tersebut. Setelah diisi dikembalikan ke pemimpin lalu
diberi feedback, dikembalikan lagi ke anggota, demikian terus
menerus sampai ditemukan solusi yang baik
d. Synectics (bahasa Yunani = bergabung bersamanya elemenelemen
yang berbeda dan nampaknya tidak relevan)
→ bentuk spesial dari brainstorming. Kita disuruh berpikir lebih
kreatif, berpikir secara divergen, dapat memberikan ide bermacammacam.

sumber : handout psikologi kelompok

Proses Dasar Kelompok

KONFORMITAS, DEVIANSI, DAN REJEKSI DALAM KELOMPOK
A. Konsep Dasar Konformitas
Penyesuaikan individu diri terhadap norma kelompok dalam rangka untuk
memenuhi pengharapan pribadi akan perilaku yang ‘sewajarnya
Konformitas ini berakar dari pengaruh sosial normatif (Aronson, 1980; Deustch &
Gerard, 1955; Kelley, 1952). Pada satu keadaan, individu akan merasa terpaksa
untuk bertindak sesuai dengan norma-norma kelompok karena khawatir akan
memperoleh sejumlah konsekuensi negatif dari penyimpangan tersebut .
Peran tekanan-tekanan kelompok normatif dalam menghasilkan conformity
bermanfaat bagi berbagai macam hubungan empiris yang terbukti dalam penelitian.
Contohnya, jika tekanan normatifnya melemah, mungkin karena mayoritasnya tidak
dapat mencapai kesepakatan yang bulat pada berbagai macam tanggapan yang tepat
(Allen, 1975; Morris & Miller, 1975a) tetapi sebaliknya, jika tekanan normatif ini
mengalami penguatan—mungkin disebabkan oleh meningkatnya kepaduan dengan
kelompok (Festinger, Schachter, & Back, 1950).
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas
pengaruh normatif (normative influence),
pengaruh informasi (informational influence),
motif-motif pengenalan diri (self presentational motives),
kelengahan si pelaku terhadap situasi(the conformer’s inattention to the situation).
C. Konsep Dasar Deviansi
orang yang berkeberatan untuk tunduk terhadap keputusan mayoritas
deviansi berasal dari ketidak sesuaian, suatu kecenderungan kebalikan apapun
juga yang kelompok rekomendasikan
Ketika tanggapan individu lebih memaksa ke kelompok eksternal dibanding ke
standar pribadi internal, kemudian penyesuaian dapat diberi label pemenuhan
sedangkan deviansi dapat disebut sebagai ketidak sesuaian. Di dalam situasi
sebaliknya, ketika standar pribadi internal menjadi lebih lekat dihubungkan kepada
tanggapan, penyesuaian menjadi pribadi yang acceplance dan kebebasan deviansi.
D. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Deviansi
Sejumlah Tyranny
Penyesuaian Antara Pria Dan Wanita
Pengaruh Minoritas
Penyimpangan Dalam Kelompok
E. Konsep Dasar Rejeksi
Rejeksi Penolakan
Schachter meramalkan bahwa tekanan yang ditaruh pada orang yang menyimpang akan
nampak di frekuensi komunikasi yang terpimpin di orang yang menyimpang oleh
anggota kelompok lain
F. Akibat Konformitas dan Deviansi
Kita harus membayangkan apa yang pasti telah terjadi jika kita menolak untuk
memufakati sisa dari kelompok.
Kita harus memperhatikan akibat konformitas yang berasal dari kesepakatan dan
ketidak sepakatan interaksi anggota di dalam kelompok-kelompok kecil.

sumber : Forsyth, R. Donelson. (1983). An Introduction to Group Dynamics. Brooks/Cole
Publishing Company : Monterey, California

Rabu, 20 Oktober 2010

MEMAHAMI PSIKOLOGI MASSA DAN PENANGANANNYA

PENGERTIAN 

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental.  Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior)
Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement).
Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil.
Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu, meliputi yaitu: (1) abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik antar-kelompok, (2) kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya, (3) terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya, (4) kegagalan memahami motif anggota kerumunan, dan (5) selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.
Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama ini melihat adanya dua (2) bentuk bias dalam memandang teori kerumunan (crowds) yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara objektif.
KONDISI-KONDISI PEMBENTUK PERILAKU MASSA
Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif , diantaranya:1.      Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst  2.      Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dlam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada. .3.      Generalized beliefs : share interpretation of event
4.      Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian, ada kecelakaan, ada
5.      Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum suatu ormas, dst
6.      Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik.
MACAM-MACAM BENTUK PERILAKU KOLEKTIF
A. CROWD (KERUMUNAN)
Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai 1.      Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan), 2.      Jumlahnya semakin lama semakin meningkat, 3.      Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran),4.      Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas, dan 5.      Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.
Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat:
1.      Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat
2.      Casual Crowd : sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apa-apa
3.      Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan ceramah
4.      Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu
5.      Acting Crowd atau rioting crowd : sekelompok massa yang melakukan tindakan kekerasan
6.      Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh kesamaan  ideologi 
B.  MOB :
Adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional yang cenderung melakukan kekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan, ketidakadilan,  frustrasi,  adanya perasaan dicederai oleh institusi yang telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang dipandang menjadi sasaran kemarahanannya.  
C. PANIC
Adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian bencana (disaster). Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian, dan hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian panik ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang berlebihan dalam masyarakat. misalnya munculnya isue tsunami, banjur.   
D. RUMORSAdalah suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan, dan dikomunikasikan yang muncul dari satu orang kepada orang lain (isu sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang seringkali kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih komprehensif. Media yang digunakan umumnya adalah telepon. 
E. OPINI PUBLICAdalah sekelompok orang yang memiliki pendapat beda mengenai sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok masyarakat terjadi perbedaan pandangan / perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang memahami akan masalah yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Contoh adalah adanya perbedaan pendangan antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan undang-undang tertentu, dan sebagainya.  Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda, namun dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat.  
F. PROPAGANDAAdalah informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang, organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk melalukan propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok (crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan proraganda ini.  
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MASSA DENGAN AGRESI
Banyak pandangan yang menyatakan bahwa perilaku kolektif berkatian erat dengan tindakan agresi / kekerasan. Bahkan sejumlah studi banyak dilakukan untuk melihat pengaruh berkumpulnya orang dalam massa terhadap kekerasan yang ditimbulkannya. Pendekatan keamanan selama ini juga selalu memandang bahwa adanya kumpulan orang selalu disikapi sebagai bentuk potensi konflik, dan kadangkala tindakan antisipasi yang dilakukannya sangat berlebihan. Ciri penting yang harus dipahami petugas apakah kumpulan dapat mengakibatkan potensi konflik?1.      Apakah terjadi kebangkitan emosi (arousal) massa yang sangat signifikan? Bila mereka sangat antusias dengan yel-yel dan gerakan yang menyinggung harga diri kelompok maka perlu dibutuhkan upaya kesabaran namun waspada.2.      Apakah ada stimulator / pemicu dari lingkungan yang membahayakan? Alat agresi apakah muncul dalam kerumunan massa tu. Batu, pentungan, senjata tajam, dll, sangat mendorong munculnya kekerasan. 3.      Apakah ada provokator yang terorganisir?Provokator selalu menyemangati para anggota kelompoknya untuk tetap melakukan tindakan demonstrasi. 4.      Apakah situasinya panas atau hujan?  Situasi panas dapat membuat situasi tidak nyaman, dan situasi ini dapat mudah menyulut kekerasan.5.      Apakah munculnya sesaat atau bersifat kronis? Perilaku kolektif yang munculnya sesaat umumnya tidak menimbulkan agresi, terkecuali memang sudah ada konflik didalamnya. 6.      Adakah keberpihakan dalam perilaku kolektif ?Konsep ini muncul dari adanya pemahamana bahwa bila ada dua kelompok atau lebih yang sedang berkompetisi, maka mereka akan saling berusaha untuk mengalahkan yang lain7.      Adakah motif dasar yang melatarbelakangi munculnya perilaku kolektif?Perilaku kolektif akan menjadi sangat berbahaya apabila dalam kolektivitasnya itu dipicu oleh masalah kebutuhan pokok.  8.      Apakah ada organisasi yang mensponsori? Kekerasan akan semakin meningkat konstelasinya apabila ada dukungan sponsorship yang kuat, sehingga perilaku kolektif ini akan berlangsung lama. Oleh karena itu, kesiapan logistik yang cukup harus dilakukan dan dicarinya upaya strategi yang tepat untuk mengatasinya. 
TEORI-TEORI PERILAKU KOLEKTIF
Dalam tulisan ini, ada tiga teori yang seringkali digunakan untuk menjelaskan kejadian perilaku massa. 1.      Social Contagion Theory (Teori Penularan sosial) menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial massa. mereka melakukan tindakan meniru/imitasi. 2.      Emergence Norm Theory: menyatakan bahwa perilaku didasari oleh norma kelompok, maka dalam perilaku kelompok ada norma sosial mereka yang akan ditonjolkannya. Bila norma ini dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan berseberangan dengan nilai / norma aparat yang bertugas, maka konflik horizontal akan terjadi.3.      Convergency Theory:  menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu kejadian dimana ketika mereka berbagi (convergence) pemikiran dalam menginterpretasi suatu kejadian. Orang akan mengumpul bila mereka memiliki minat yang sama dan mereka akan terpanggil untuk berpartisipasi  4.      Deindivuation Theory, menyatakan bahwa ketika orang dalam kerumunan, maka mereka akan ”mneghilangkan” jati dirinya, dan kemudian menyatu ke dalam jiwa massa.  
BAGAIMANA CARA MENYIKAPI PERILAKU MASSA
1.      Memahami bentuk perilaku kolektif
2.      Memahami motif perilaku kolektif
3.      Perencanaan penyelesaian yang matang
4.      Kesiaan mental petugas
5.      Pengendalian diri yang baik
6.      Keberanian dalam bersikap 
KESIMPULAN
Pendekatan yang mana yang harus ditempuh, apakah pendekatan keamanan atau pendekatan humanisme? Paduan antara keduanya akan lebih tepat daripada hanya mengandalkan salah satunya. Karena sampai saat ini tidak satupun kerumunan dapat diprediksi apakah akan terjadi kerusuhan massa ataukah tetap damai. Olehj karena itu, peran analisis inteligen sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan terhadap perilaku massa ini.



Oleh : Suryanto
Fakultas Psikologi Unair

Massa Pasif dan Massa Aktif

 Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif, massa aktif disebut  mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.

Pengertian Massa Abstrak dan Massa Konkrit

Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain shingga ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit. Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
1)        Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
2)        Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.
3)        Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang  atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas.  Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.



definisi Psikologi Massa



• Definisi psikologi massa tidak lain adalah kelakuan sebuah kelompok, dimana massa dari kelompok tersebut merasa nyaman melakukan sesuatu, karena mereka merasa nyaman dengan adanya fakta bahwa banyak yang lainnya melakukan hal yang sama seperi yang mereka lakukan.
• Dalam situasi kelakukan kelompok manapun, mereka yang memimpin adalah mereka yang memperoleh manfaat / keuntungan, sementara mereka yang hanya mengikuti tanpa arah adalah mereka yang menghadapi semua resiko yang ada.
• Crowd Psychology (Psikologi Kerumunan) adalah cabang dari psikologi sosial. Orang – orang biasanya memperoleh sebuah kekuatan yang bersifat langsung, apabila bertindak secara kolektif.
• Peneliti sosial telah mengembangkan beberapa teori yang berbeda mengenai ”Crowd Psychology” dan berbagai cara dimana psikologi sebuah kerumunan itu berbeda secara signifikan dengan psikologi individu – individu yang tergabung yang tergabung dalam kerumunan tersebut. Beberapa ilmuwan terserbut antara lain adalah Carl Jung, Gustave Le Bon , Wilfred Trotter, Gabriel Tanke, Sigmund Freud, dan Elias Canetti.


Teori – Teori Klasik

• Sigmund Freud
o Mereka yang berada dalam sebuah kerumunan, bertindak berbeda terhadap orang – orang, apabila dibandingkan dengan mereka yang berpikir secara individual.
o Pikiran dari para anggota grup akan tergabung dan membentuk sebuah cara berpikir yang baru.
o Hasilnya, antusiasme masing – masing anggota bakal meningkat, dan satu dengan yang lain bakal menjadi kurang perduli akan hakikat tindakan seseorang.
• Gustave Le Bon
o Kerumunan mengembangkan sebuah anominitas dan terkadang menciptakan emosi telah menjadi sesuatu yang bersifat klise.
• Clark McPhail
o ”Kerumunan yang menggila” tidak mengambil ”nyawa” nya sendiri, terlepas dari pikiran dan niat para anggotanya.
• Norris Johnson
o (Setelah menyelidiki kepanikan dalam konser ”Who” pada tahun 1979) Kerumunan terbentuk dari banyak kelompok kecil orang – orang yang kebanyakan mencoba untuk saling menolong satu sama lain.
• Theodor Adorno
o Mengkritik keyakinan dalam spontanitas dari sebuah massa
o ”Massa” adalah produk buatan dari kehidupan modern yang tertata.
o "Ketika pemimpin menjadi sadar psikologi massa dan membawanya ke dalam tangan mereka sendiri, ia tidak lagi ada dalam arti tertentu ... Sama seperti sedikit sebagai orang percaya di kedalaman hati mereka bahwa orang-orang Yahudi adalah iblis, apakah mereka benar-benar percaya pada pemimpin mereka. Mereka tidak benar-benar mengidentifikasi diri dengan dia namun bertindak identifikasi ini, melakukan antusiasme mereka sendiri, dan dengan demikian berpartisipasi dalam kinerja pemimpin mereka ... Ini mungkin adalah fictitiousness ini kecurigaan mereka sendiri "psikologi kelompok" yang membuat fasis orang banyak begitu kejam dan tak bisa didekati. Jika mereka akan berhenti untuk alasan untuk kedua, seluruh kinerja akan pergi ke keping, dan mereka akan pergi untuk panik.
• Edward Bernays (1891 – 1995)
o Keponakan dari Sigmund Freud, seorang psychoanalist dianggap sebagai bapak Public Relation
o Merupakan salah satu yang pertama mencoba untuk memanipulasi opini publik menggunakan psikologi bawah sadar.
o Manipulasi itu lebih penting dalam sebuah komunitas, yang dianggapnya irasional dan berbahaya.

Teori Penularan
• Dilindungi oleh anonimitas sebuah kerumunan. Orang – orang meninggalkan tanggung jawab pribadi dan menyerah kepada emosi dari sebuah kumpulan yang menular.
• Sebuah kerumunan kemudian mengasumsikan sebuah kehidupannya sendiri, mengacaukan emosi dan mendorong orang menuju tindakan yang irasional, bahkan tindakan kekerasan.
• Kerumunan menggunakan pengaruh yang menghipnotis para anggotanya. (Kerumunan menyebabkan orang – orang untuk bertindak dengan cara – cara tertentu.

Teori Konvergensi

• Teori konvergensi beranggapan bahwa kelakuan sebuah kerumunan itu bukanlah produk dari kerumunan itu sendiri , melainkan dibawa kedalam kerumunan itu oleh individu tertentu.
• Contoh : Populasi imigran menjadi hal yang biasa dalam sebuah daerah yang sebelumnya bersifat homogen, dan anggota dari komunitas yang ada , secara spontan bersatu untuk mengancam mereka yang mencoba untuk masuk kedalam ligkungannya.
• Orang – orang yang ingin bertindak dalam cara – cara tertentu bergabung dan membentuk sebuah kerumunan.
• Orang – orang dengan atribut yang serupa menemukan orang lain dengan pikiran yang sejalan, dengan siapa mereka dapat melepaskan tendesi – tendesi tertentu.
• Orang – orang kadangkala melakukan hal – hal dalam sebuah kerumunan, dimana mereka tidak memiliki keberanian untuk melakukan hal – hal tersebut sendiri. Karena kerumunan dapat membuat sebuah tanggung jawab menjadi terbagi.
• Disamping itu, kerumunan dapat menguatkan sebuah sentimen hanya dengan menciptakan sebuah kumpulan kritis dari orang – orang yang memiliki pemikiran serupa.

Emergent – Norm Theory

• Ralph Turner dan Lewis Killian :
o Kerumunan bermula dari kolektivitas yang terdiri dari orang – orang dengan minat dan motif yang berbeda – beda.
o Terutama dalam kasus kerumunan yang tidak stabil , kerumunan yang ekspresif , penuh tindakan dan protes , norma menjadi samar dan berubah , sehingga ketika salah seorang memutuskan untuk memecahkan kaca jendela dari sebuah toko , yang lain ikut dan mulai menjarah barang – barang yang ada didalamnya.
o Orang – orang didalam kerumunan membuat peraturan mereka sendiri sejalan dengan kebersamaan mereka.
o Orang – orang didalam kerumunan mengambil peranan yang berbeda – beda: beberapa melangkah maju sebagai pemimpin , yang lain menjadi pengikut , pengamat pasif , atau bahkan sebagai lawan.
• Kelakuan kolektif dapat juga didefinisikan sebagai tindakan dimana tidak ada yang menyesuaikan diri ( dimana pelaku mengikuti norma yang berlaku) ataupun menyimpang ( dimana pelaku melanggar norma – norma tersebut )
• Terjadi ketika norma – norma tersebut absen ataupun tidak jelas , atau ketika mereka saling bertentangan satu sama lain.

PSIKOLOGI MASSA

A. Definisi
1. Psikologi Massa
a. Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang
atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang
terorganisir dengan longgar sekali (Kamus Lengkap Psikologi).
b. Psikologi massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku
manusia dalam loosely organized group (Chaplin, 1972).
2. Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang
berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara.
B. Massa Abstrak dan Massa Kongkrit (Mennicke, 1948)
1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum
terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan.
Alasan timbul :
• ada kejadian menarik
• individu mendapat ancaman
• kebutuhan tidak terpenuhi
2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
Ciri-ciri:
• adanya kesatuan mind dan sikap
• adanya ikatan batin dan persamaan norma
• ada struktur yang jelas
• bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas
Massa Abstrak Massa Kongkret
Ego pribadi Ego massa
Tercermin dalam diri pemimpin Kepentingan masih kritis, masih kongkret
Antara masssa abstrak dan massa kongkrit kadang-kadang mempunyai
hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah
menjadi massa yang kongkrit dan sebaliknya masa kongkrit dapat berubah
menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar tanpa adanya
bekas.
C. Massa Aktif dan Massa Pasif (Park dan Burges)
1. Massa aktif yang disebut dengan mob terbentuk karena telah adanya
tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, dsb
Menurut Mc Laughlin, paling tidak ada 3 kondisi yang melatarbelakangi,
yaitu:
• adanya problem yang cukup serius
• upaya penyelesaian problem yang tertunda
• adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus
diselesaikan
10
Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif :
• perasaan tidak puas
→ bertukar pikiran → ide baru → perbuatan yang selalu diulang →
jika sudah matang ‘massa’
• tekanan jiwa masyarakat
→ memuncak dan meledak
2. Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orangorang
yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang
berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola, dll
D. Gerakan Massa
Jenis-jenis Gerakan Massa (Danzigers)
1. Gerakan Massa Progresif
→ merombak norma lama, membentuk norma baru
2. Gerakan Massa Status Quo
→ mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan Massa Reaksioner
→ orang yang bersikap untung-untungan
→ lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak
dirugikan
Penyebab Gerakan Massa
Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan
individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang
pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam
kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan
secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan,
terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan
muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi
manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongandorongan
yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan
pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the
ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya
terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the
super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang
merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota
masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang
baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu
berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai
perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya,
yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari
11
bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan
merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat
muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah
dalam massa.
Proses Dinamika Gerakan Massa
1. Pemusatan perhatian
2. Penciptaan suasana kebersamaan
3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4 . Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju
E. Individu Dalam Massa
• Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan
irasional, menurut secar membabi buta pada pemimpin
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi
Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan:
• agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa
• kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai
tujuan tersebut
Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan
sehingga pertimbangan kritis hilang
Kondisi Psikologis Individu Dalam Massa
Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis
tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu,
yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung
dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya
melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa.
Seperti yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa adnaya individual mind dan
collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon
dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law
mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan mind, kesatuan jiwa.
Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective
mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran

sumber :handout psikologi kelompok

Senin, 18 Oktober 2010

Kelompok Kecil

Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)

Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)
A. Bentuk Komunikasi
 Komunikasi Personal [Personal Communication]
 Komunikasi intrapersonal [intrapersonal communication]
 Komunikasi antarpersonal [interpersonal communication]
 Komunikasi Kelompok [Group Communication]
 Komunikasi kelompok kecil [small group communication] Ceramah [lecture], diskusi panel [panel discussion], simposium [symposium], forum, seminar, curah saran [brain storming], komunikasi antara manager dengan sekelompok karyawan,
 Komunikasi kelompok besar [large group communication] Public speaking, Rhetorika
 Komunikasi Massa [Mass Communications]
 Pers cetak [koran, majalah, tabloid]
 Pers elektronik [radio, tv, film]
 Pers digital [internet : www.detik.com, www.koridor.com, www.berpolitik.com]
 Komunikasi medio [Medio communication]
 Surat, telepon, e-mail, pamflet, poster, brosur, spanduk, dll.
C. Sifat komunikasi
 Tatap muka [face to face]
 Bermedia [mediated]
 Verbal [verbal]
o Lisan [oral]
o Tulisan/ cetak [written/ printed]
 Nonverbal [non-verbal]
o kial/ isyarat badaniah [gestural]
o bergambar [pictorial] , facial expressions, spatial relationship

Sementara itu, kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu di antara mereka. Karakteristik kelompok kecil adalah sebagai berikut :
Pertama, kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan, jumahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima. Yang penting untuk diingat adalah bahwa setiap anggota harus berfungsi sebagai sumber maupun penerima dengan relatif mudah.
Kedua, para anggota kelompok harus dihubungkan satu sama lain dengan beberapa cara. Orang-orang di dalam gedung bioskop bukan merupakan kelompok, karena di antara mereka tidak ada hubungan satu sama lain.
Ketiga, di antara anggota kelompok harus ada beberapa tujuan yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota harus mempunyai tujuan yang persis sama untuk menjadi anggota kelompok.
Keempat, para anggota kelompok harus dihubungkan oleh beberapa aturan dan struktur yang terorganisasi. Pada strukturnya ketat maka kelompok akan berfungsi menurut prosedur tertentu di mana setiap komentar harus mengikuti aturan yang tertulis.
Seiring dengan perkembangan usia dan intelektual kita maka kehidupan sosial kita semakin kompleks, kita mulai masuk menjadi anggota kelompok sekunder; sekolah, lembaga keagamaan, tempat pekerjaan dan kelompok-kelompok sekunder yang sesuai dengan minat dan keterikatan kita. Komunikasi kelompok digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku. Kelompok menjadi kerangka rujukan (frame of reference) kita dalam berkomunikasi. Agar dapat disebut kelompok ketika anggota-anggotanya memiliki kesadaran akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Jadi ada sense of belonging yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Nasib anggota-anggota kelompok juga saling bergantung satu sama lain. Identifikasikan kelompok dimana sekarang anda menjadi anggotanya, dan analisis bagaimana kelompok tersebut mempengaruhi perilaku komunikasi anda ). Bagaimana komunikasi dalam kelompok mempengaruhi cara pengambilan keputusan. Ada dua aliran besar didalam melihat teori komunikasi kelompok (Liitlejohn, 1999:284-294):
1. The input – process – output model
Input = sesuatu yang mempengaruhi kelompok
Proses = sesuatu yang terjadi dalam kelompok
Output = sesuatu yang dihasilkan kelompok
2. The structurational perspective
Ada tiga teori komunikasi kelompok yang diperkenalkan dalam aliran input-process output model :
1. A general organizing model
Menekankan pada bagaimana kelompok memiliki energi yang digunakan untuk aktivitas pengambilan keputusan
2. The functional tradition
Menekankan pada kualitas komunikasi kelompok, membahas kesalahankesalahan yang dibuat oleh kelompok pada waktu pengambilan keputusan.
3. The interactioanl tradition
Menekankan pada aspek komunikasi yang terjadi di dalam kelompok. Bahwa output kelompok sangat ditentukan oleh interaksi yang terjadi di dalam kelompok. Kelompok kecil melaksanakan kegiatannya dengan berbagai format. Format yang paling populer adalah panel discussion, seminar, simposium, dan simposium-forum.

Minggu, 17 Oktober 2010

Pengertian Massa

Massa – salah satu jenis komunikasi, selain Komunikasi Intrapersonal, Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi Organisasi.

Perkembangannya dimulai dari:
 Abad Penggunaan Isyarat & Lambang –e.g. gerak tangan atau volume suara;
 Abad Berbicara & Penggunaan Bahasa –huruf mewakili bunyi ujaran; 
 Abad Penggunaan Media Tulisan; 
 Abad Penggunaan Media Cetakan –penemuan mesin cetak di Mainz, Jerman, oleh John Guttenberg tahun 1455 yang dianggap sebagai awal lahirnya komunikasi massa. Dari sinilah kemudian berkembang media massa –koran, majalah, buku, radio, televisi, film, dan internet.

Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan.

Komunikasi Massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media massa (communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa.

Massa sendiri artinya “orang banyak” atau “sekumpulan orang” –kelompok, kerumunan, publik.

Bittner: Mass communication is messages communicated throught a massa medium to a large number of people.

William R. Rivers dkk. membedakan antara communication dan communications. Communication adalah proses berkomunikasi. Communications adalah perangkat teknis yang digunakan dalam proses komunikasi, e.g. genderang, asap, butir batu, telegram, telepon, materi cetak, siaran, dan film.

Edward Sapir: Communication = proses primer, terdiri dari bahasa, gestur/nonverbal, peniruan perilaku, dan pola perilaku sosial. Communications = teknik-teknik sekunder, instrumen dan sistem yang mendukung proses komunikasi, e.g. kode morse, telegram, terompet, kertas, pulpen, alat cetak, film, pemancar siara radio/TV.

William R. Rivers dkk.: 
Komunikasi Massa dapat diartikan dalam dua cara:
1. Komunikasi oleh media.
2. Komunikasi untuk massa.
Namun, Komunikasi Massa tidak berarti komunikasi untuk setiap orang. Pasalnya, media cenderung memilih khalayak; demikian pula, khalayak pun memilih-milih media.

Karakteristik Komunikasi Massa
William R. Rivers dkk.: 
1. Satu arah.
1. Selalu ada proses seleksi –media memilih khalayak.
2. Menjangkau khalayak luas.
3. Membidik sasaran tertentu, segmentasi.
4. Dilakukan oleh institusi sosial (lembaga media/pers); media dan masyarakat saling memberi pengaruh/interaksi.

McQuail menyebut ciri utama komunikasi massa dari segi: 
1. Sumber : bukan satu orang, tapi organisasi formal, “sender”-nya seringkali merupakan komunikator profesional.
2. Pesan : beragam, dapat diperkirakan, dan diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak; merupakan produk dan komoditi yang bernilai tukar.
3. Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal, bahkan mungkin selali sering bersifat non-moral dan kalkulatif.
4. Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.
5. Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima.

Denis McQuail tentang Media: 
1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain.
2. Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
3. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
4. Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.

Lengkapnya, Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi :

1. Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.
2. Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.
3. Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa. 
4. Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
5. Berlangsung satu arah (one way traffic communication). 
6. Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.

Karakteristik Media Massa:
1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. 
2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari. 
4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik. 

Referensi: Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1987; William R. Rivers at.al., Media Massa dan Masyarakat Modern: Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta, 2003; Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, UMM Press, 2003. (www.romeltea.com).*