Kamis, 18 November 2010

NORMING : PENGEMBANGAN STRUKTUR KELOMPOK

1. Peran
a) Peran Alamiah
Konsep peran mengacu pada karakter seorang aktor yang melukiskan suatu
presentasi dramatis. Arti peran dimaksudkan sebagai bagian kecil dari area ilmu dinamika
kelompok. Sebagai contoh, suatu peran didalam suatu permainan yang menentukan
tindakan seorang aktor.
Peran di dalam kelompok sosial adalah sesuatu yang luas, besar dan fleksibel
tetapi masih memerlukan perilaku tertentu. Interaksi dengan anggota kelompok lain akan
menjadi kacau jika anggota yang mengisi suatu peran tertentu digagalkan oleh peran yang
2
lainnya. Ahli teori peran Bruce J. Biddle mencatat bahwa kata peran dapat menandakan
perilaku seseorang sebagai anggota kelompok. Peran menentukan perilaku orang dalam
kelompok tersebut.
b) Perbedaan Peran
Secara alami, peneliti mengakui bahwa banyak macam kelompok yang berbeda
dan peran tertentu itu di dalam kelompok manapun mungkin unik untuk kelompok itu ,
tetapi mereka juga menyatakan bahwa beberapa peran menjadi lebih umum dibanding
orang lain dan peran tertentu akan kembangkan dalam semua kelompok.
c) Peran tugas dan peran sosioemosional
Ahli teori menyatakan bahwa yang pertama tingkat pembedaan kelompok dicapai
ketika mayoritas anggota mengenali satu atau lebih individu sama para pemimpin dan
sisa seperti para pengikut ( lihat rabbit, 1976). Adapun jumlah Kategori dari analisa
proses interaksi yang menjelaskan sosioemosional dan spesialis tugas dapat dipaparkan di
antaranya :
1. Sosioemosional
a) Perilaku memulai
Pertunjukan : Kesetiakawanan,Pelepasan atau Release,Persetujuan,
Tegangan meningkatkan
Minta : Orientasi, pendapat, usul
b) Perilaku menerima
Pertunjukan kesetiakawanan, tegangan melepaskan dengan: usul,
pendapat, Permintaan orientasi
2. Spesialis Tugas
a) Beri : usul, pendapat, Pertunjukan
b) Orientasi : Perselisihan paham
c) Pertunjukan Pertentangan persetujuan : perselisihan paham, peningkatan
tegangan, atagonism
d) Permintaan : untuk atau karena orientasi, pilihan, usul.
Nimba ( 1958) menyatakan bahwa data ini mempertunjukkan kedua-duanya jenis
peran yang sering ada secara serempak di dalam kelompok, walaupun alternatif
penafsiran telah ditawarkan ( Vferba, 1961; Wilson, 1970).
3
a) Pemberi Informasi Membentuk keputusan dan mencakup
fakta yang berasal dari keahlian
b) Pemberi Pendapat Pendapat, nilai-nilai.
c) Elaborator Pernyataan, implikasi yang menunjuk an
dibuat oleh orang lain, yang memiliki
keterkaitan dari tiap gagasannya
d) Koordinator hubungan terhadap keseluruhan masalah
e) Mengorientasi Pendiskusian atas suatu topik
f) Evaluator-critic Nilai mutu usaha kelompok dalam suatu
hal, tentang logika, praktik, atau metoda
g) Energizer Pendiskusian dengan mempedulikan
operasional secara detail
h) Teknisi mengenai cara Permesinan dan lainnya
i) Perekam suatu kesekretariatan
Gambaran tiga dimensi yang dikombinasikan
UNB UB UPB
NB
DNB
PB
DB DPB
UPF
UP
UNF UF
UN
P
F
D
P
D F
P
U= Upward
U U= Dominant F
F= forward
F= instrumentally
controlled
P P= positive
P= friendly
B
B = Backward
B = emotionally
expressive
D D = Downward
D = Submissive
N
N= Negative
N= Unfriendly
4
Untuk menginterpretasikan model teoritis ini, dapat digolongkan antara lain :
1) menaik, yang mengarah ke bawah, atau netral
2) hal positif, hal negatif, atau netral; dan
3) pemain depan, mundur, atau netral.
Dalam beberapa peristiwa, bagaimanapun, individu dapat mengalami
pertentangan peranan, sebab harapan yang menggambarkan " sesuai" aktivitas
berhubungan dengan suatu peran adalah sesuatu yang bertentangan. Walaupun banyak
variasi pertentangan peranan telah dikenali oleh ahli teori ( Graen, 1976; Kahn, Ufolfe,
Quinn, Snoek,& Rosenthal, 1964; Van Menjual, Ringkas,& Schuler, 1981), dua di antara
jenis konflik tersebut adalah interrole konflik dan intrarole konflik. Interrole konflik
terjadi ketika seseorang siapa yang memainkan dua atau lebih peran yang menemukan
bahwa perilaku berhubungan dengan peran adalah suatu adalah tidak cocok/bertentangan
dengan mereka yang berhubungan dengan peran.
Konflik peran (intrarole) dihasilkan dari pertentangan pemahaman antara peran
single dengan definisi setiap orang bermain peran (pengambilan peran) dan atau anggota
lainnya dalam kelompok (pengirim peran). Dalam hal ini, konflik peran bisa juga berakar
dari perbedaan pemahaman dari pengambilan peran dan pengiriman peran.
2. Norma
a) Norma Kelompok yang Alami
Anggota kelompok nmengatur tingkah laku mereka sendiri dan meningkatkan
koordinasi diantara interaksi tersebut.
Pertama, norma adalah struktur yang menggambarkan kejadian yang akan terjadi atau
tidak akan terjadi. Kedua, mengevaluasi elemen yang dilibatkan, sejak norma sering
diyakini bahwa tingkah laku lebih baik daripada yang lainnya. Ketiga, banyak norma
yang tidak normal diadopsi kelompok tetapi malahan menghasilkan perubahan yang
berangsur-angsur dalam tingkah laku sampai banyak anggota menerima standar sebagai
garis batas untuk beraksi. Keempat, norma seringkali didapat dari anggota kelompok
yang lebih besar, menjadi terang hanya ketika dilanggar. Kelima, meskipun orang-orang
mematuhi norma kelompok tidak semata-semata untuk dilanggar dan mendapatkan
sangsi atau untuk persetujuan.
5
b) Perkembangan Norma
Menurut Muzafer Sherif, perubahan yang reflek bagaimana orang-orang dalam
kelompok satang untuk mengembangkan standar dalam pelayanan sebagai bingkai
referensi untuk tingkah laku dan persepsi (M. Sherif, 1936, 1966. C.W. Sherif, 1976).
c) Norma-Norma Penghargaan
Meskipun angka kemungkinan norma dapat dan digunakan untuk mengalokasikan
hadiah, teori yang bagus dan adil dan penelitian yang difokuskan dalam norma yang
disamakan (Walster, Walster, & Berscheid, 1978). Menurut norma ini anggota kelompok
mendapatkan pendapatan sesuai proporsi pekerjaan mereka.
3. Hubungan Antar Anggota
4. Hubungan Otoritas
Setiap anggota kelompok mungkin memulai pada tahapan yang sama tetapi dalam
waktu singkat, individu tertentu akan mulai mengkoordinasi aktivitas kelompok,
memberikan anggota kelompok lainnya bimbingan dan meneruskan komunikasi kepada
angota kelompok lainnya (Bales, 1950) variasi diantara anggota kelompok ini
memperjelas adanya perbedaan dalm hal status otoritas, gengsi atau kekuatan yang
membentuk pola stabil hubungan antara anggota yang disebut sebagai hierarki otoritas.
5. Daya Tarik Dalam Menjalani Hubungan
Berhubungan akrab penting bagi pekerjaan mereka dalam rangka menciptakan
interaksi yang berkelanjutan, dan interaksi tersebut berasal dari pengembangan daya tarik
dalam menjalin hubungan (attraction relations): pola stabil dari interaksi yang
berhubungan atau tak berhubungan dari setiap anggota kelompok.
6. Hubungan Komunikasi
Sebagai tambahan dari hubungan otoritas dan daya tarik hubungan, anggota
kelompok juga dihubungkan dalam sebuah jaringan komunikasi, dan pola jaringan ini
secara signifikan bisa dihubungkan dengan aspek lainnya dari struktur kelompok secara
keseluruhan.

sumber :

Forsyth, R. Donelson. (1983). An Introduction to Group Dynamics. Brooks/Cole
Publishing Company : Monterey, California

Tidak ada komentar:

Posting Komentar