Minggu, 21 November 2010

KOHESIVITAS DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK part 4

Storming Semangat tim berkembang, mulai membangun kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan, penyelesaian konflik, menentukan tujuan
Norming Kenyamanan meningkat, identifikasi tanggung jawab, interaksi tim efektif, resolusi konflik Fokus pada tujuan, menyertai proses, memberikan dorongan pada tim
Performing Tujuan yang jelas, adanya kohesi/kesatuan, pemecahan masalah Beraksi seperti anggota kelompok, dorongan meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
Terminating Angota tersebar, tim akhirnya mencapai tujuan Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.
Siklus perkembangan kelompok
Banyak ilmuan percaya bahwa kelompok melalui setiap tahapan tidak hanya sekali (arrow 1997;Hill & Guner,1973; Menneke, Hoffer, Wynne, 1992; Shambaugh, 1978). Para ilmuan tadi berpendapat bahwa hal tersebut pasti berpengaruh terhadap interaksi kelompok selama melalui fase2 perkembangan kelompok. Sebagai contoh dalam model ekuilibrium Bale perkembangan kelompok didasari atas pikiran bahwa anggota kelompok mengusahakan untuk memelihara keseimbangan antara mengerjakan tugas dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dengan kelompok (Bales,1965).
Jadi, Bale membantah bahwa kelompok yang sudah matang cenderung kembali dan seterusnya diantara apa yang disebut Tuckman tahap Norming dan Forming: Sebuah periode untuk memperpanjang usaha kelompok harus diikuti periode aktivitas pembentukan kohesi interpersonal (ales,1963; Bales & Cohen, Eith eilliamson, 1979). Teori Punctuated equilibrium setuju dengan pandangan Bale, tapi menambahkan bahwa kelompok relatif sering melalui periode dengan perubahan yang cepat.
CONSEQUENCES OF COHESION
Kohesivitas kelompok merupakan kekuatan kelompok dan intensitasnya mempengaruhi anggota, dinamika kelompok dan performa kelompok baik dalam hal positif dan negatif. Sebagai contohnya pada tahun 1932-1940, para pria dan wanita dari Disney studio merasa sangat puas dengan kelompoknya, ketika kelompoknya itu adalah kelompok yang bersatu daripada yang tidak. Dan hal tersebut dipandang sebagai suatu kenyamanan hidup tersendiri.
Kohesivitas kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat. Karena orang-orang yang ada didalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain dengan berbagai cara yang lebih positif serta seseorang akan lebih berpengalaman dalam mengurangi kegelisahan dan ketegangan. Seseorang dalam kohesivitas kelompok akan lebih siap dalam menerima tujuan, keputusan dan norma kelompok. Selanjutnya, penyesuaian terhadap tekanan akan lebih banyak pada kohesivitas kelompok, sehingga penolakan individu pada tekanan tersebut akan melemah. Namun ternyata kohesivitas kelompok tidak hanya membawa hal yang positif saja. kohesivitas kelompok juga dapat meningkatkan proses yang negatif seperti permusuhan dan penyebab kesalahan. Contohnya : Kelompok kohesif dan nonkohesif dihadapkan pada masalah yang tidak ada solusinya. Disaat seluruh kelompok menunjukkan frustasinya, koalisi justru ditunjukkan oleh kelompok nonkohesif. Sementara kelompok kohesif menunjukkan frustasinya sebagai agresi pribadi seperti : bermusuhan, joking hostility dan dominansi pribadi.
APPPLICATION: WORK TEAMS
Suatu eksperimen yang dilakukan di sebuah perusahaan dimana dikondisikan sebagai bagian dari kelompok kecil. Proses nya dengan mengubah karakteristik fisik dari lingkungan kerja. Ternyata hal tersebut dapat mempengaruhi produktifitas. Hasilnya, seseorang tidak mau bekerja keras karena ruangannya dirubah (karena merasa bukan lagi suatu kelompok kohesif).
Tim itu harus memiliki kualitas dasar, kualitas dasar yang harus dimiliki semua kelompok adalah :
1. Interaction, interaksi anggota tim adalah berupa kerjasama dan koordinasi. Beberapa anggota bekerja sama, menggabungkan kualitas individu dengan berbagai pertimbangan.
2. Structure, tim adalah struktur grup. Norma grup, peran anggota yang spesifik dalam kelompok dan pola komunikasi yang didapatkan secara terbuka.
3. Cohesiveness, tim merupakan hubungan yang terikat antara satu anggota dengan anggota yang lainnya, khususnya dalam pemahaman bahwa anggota merupakan suatu kesatuan dalam usahanya untuk menjalankan tujuan-tujuan yang sama.
4. Social Identity, anggota tim itu harus saling mengenal antar anggota yang lainnya dalam satu kelompok dan merasa bahwa kelompok itu lebih besar daripada jumlah anggota individu.
5. Goals, tim berorientasi pada tujuan. Pasangan tim saling tergantung berdasar atas koordinasi dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama.
Tim cenderung untuk menjadi bagian organisasi luas, dan menyatakan bahwa mereka bekerja dan mengambil keputusan mereka dapat membuat pengaruh yang besar. Anggota tim yang spesifik biasanya memiliki spesifikasi atau spesialisasi pengetahuan, skill, dan kemampuan tersebut mereka kontribusikan pada kelompok dan kesuksesan suatu kelompok bergantung pada gabungan kualitas individu yang sangat efektif. Tim juga sering bekerja dibawah tekanan seperti, pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan, waktu yang terbatas, dan bersaing dengan kelompok lain.
Team building
Membangun sebuah tim dimulai dari asumsi bahwa kesuksesan dari hasil suatu kelompok berasal dari kolaborasi atau gabungan kualitas individu yang saling tergantung dan berkembang secara terus menerus.
Bagaimana mengorganisasikan tim menjadi lebih baik, ahli sumber daya manusia menawarkan suatu susunan subesti dan intervensi untuk merubah suatu kelompok pada tim.
1. Goal Setting, melihat tujuan suatu kelompok dan mereka akan menjalankan fungsinya menjadi lebih efektif jika tujuannya jelas untuk anggotanya.
2. Role Definition, Tim cenderung bekerja lebih efisien jika anggotanya mengerti dan memahami tentang kepentingan perannya.
3. Interpersonal Proces Analysis, anggota harus belajar untuk mengkoordinasikan usaha-usaha mereka dengan anggota kelompok yang lainnya. Anggota mempelajari pola-pola komunikasi dan ketertarikan, prosedur pengambilan keputusan, sumber kekuatan, norma sosial informal, dan variasi konflik antar anggota.
4. Cohesion Building, kekuatan kelompok dalam membangun moril sebuah tim adalah dengan membesarkan hati interpersonal, kerjasama dan mengembangkan sebuah identitas kelompok.
5. Problem Solving, anggota tim belajar untuk menggunakan metode pengambilan keputusan yang efektif dengan mengidentifikasi masalah dan solusi mereka.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar